Tren global menunjukan terjadinya peningkatan angka prevalensi menopause dini di dunia. Apa saja ya gejalanya?
Tiziana Leone dkk., dalam jurnal BMJ Global Health pada 2023, mendefinisikan menopause sebagai terhentinya fungsi ovarium yang menyebabkan penurunan hormon estrogen yang biasanya diukur dengan tidak adanya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Menopause biasanya terjadi antara usia 45 dan 55 tahun, namun, kata mereka, seiring dengan perubahan nutrisi dan kesehatan di seluruh masa perjalanan hidup yang telah menyebabkan peningkatan angka harapan hidup, menopause kini semakin memasuki tahap usia paruh baya.
Secara historis, sejak abad ke-6 Masehi, menopause secara konsisten dilaporkan terjadi pada perempuan usia sekitar 50 atau 51 tahun atau umumnya pada akhir usia 40-an dan awal 50-an. Demikian Mark Brincat dan John W. W. Studd mencatatnya dalam jurnal Baillière’s Clinical Obstetrics and Gynaecology pada 1988. Brincat dan Studd juga menyatakan bahwa usia menopause itu tidak berhubungan dengan ras, faktor sosial-ekonomi, maupun berat dan tinggi orang.
Namun, Tiziana Leone dkk. menyatakan bahwa kini terjadi perubahan usia menopause dengan penyebab yang sangat beragam berdasarkan faktor-faktor seperti etnis, tempat lahir, dan tingkat pendidikan. Menurut mereka, di sebagian besar negara-negara berpendapatan tinggi rentang usia rata-rata menopause berubah dari 47 menjadi 53 tahun. Menopause prematur (sebelum usia 40 tahun) dan dini (40-44 tahun atau sebelum usia 45) biasanya terjadi pada masing-masing sekitar 1-9 persen dan 5–9 persen perempuan.
Hasil penelitian Tiziana Leone dkk. menunjukkan bahwa tingkat menopause dini dan prematur paling tinggi terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara dengan masing-masing sebesar 2,7 persen dan 4,5 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah lain, tempat prevalensi menopause prematur tertinggi berikutnya adalah di Amerika Latin dan Karibia sebesar 1,5 persen dan Afrika Sub-Sahara sebesar 2,4 persen. Prevalensi terendah terjadi di Afrika Utara, Asia Barat, dan Eropa sebesar 0,1 persen untuk menopause prematur dan 1,4 persen untuk menopause dini.
Penyebab Menopause Dini
Memahami waktu dan mekanisme usia menopause sangatlah penting, karena baik menopause dini maupun terlambat mempunyai potensi dampak pada beberapa kondisi kesehatan. Ada beberapa penyebab utama menopause dini yang harus diwaspadai, sebagaimana dipaparkan Annals of Medical and Health Sciences Research pada Maret 2013.
- Kelainan Genetik
Kelainan genetik merupakan salah satu hal umum yang dapat menyebabkan menopause dini. Beberapa kelainan genetik itu di antaranya adalah abnormalitas kromosom, kelainan metabolisme, dan rendahnya imunitas.
- Autoimun
Autoimun juga menjadi 30 hingga 60 persen penyebab menopause dini. Beberapa penyakit autoimun yang mendorong terjadinya menopause dini adalah penyakit tiroid, gondongan, hiperparatiroidisme, dan penyakit Addison. Wanita dengan menopause dini karena autoimun berada pada peningkatan risiko insufisiensi adrenal, hipotiroidisme, diabetes melitus, miastenia gravis, arthritis rheumatoid, dan lupus erythematosus sistemik.
- Infeksi
Beberapa infeksi yang harus diwaspadai adalah gondongan dan TBC panggul yang dapat menyebabkan kegagalan ovarium.
- Merokok
Merokok menjadi salah satu penyebab menopause dini karena kandungan hidrokarbon polisiklik dalam asap rokok mengkontaminasi tubuh dan mengganggu kesehatan sehingga menyebabkan gangguan pada gizi dan fungsi tubuh, termasuk hormon reproduksi.
- Paparan Radiasi
Radiasi dan kemoterapi dapat menyebabkan menopause dini. Meskipun kontribusinya tidak besar tapi paparan dosis tinggi pada ovarium dapat meningkatkan efektivitas kegagalan ovarium.
- Pembedahan
Kegagalan ovarium setelah histerektomi atau pembedahan rahim terjadi pada 15 hingga 50 persen kasus yang disebabkan oleh gangguan suplai pembuluh darah ovarium atau hilangnya kontribusi endokrin, yaitu jaringan kelenjar yang menghasilkan dan melepaskan hormon dari rahim ke ovarium.
- Obat-obatan
Terapi gonadotropin hormone-releasing hormone (GnRH) atau terapi kesuburan yang berfungsi untuk merangsang sel untuk pematangan folikel dan pelepasan estrogen. Untuk melakukan terapi ini biasanya direkomendasikan obat-obatan goserelin, yang bisa meningkatkan menopause dini.
Gejala Awal Menopause
Gejala awal pada menopause harus diwaspadai karena dapat berdampak secara fisik, emosi, mental, dan sosial. Tidak semua perempuan alami gejala yang sama, tapi, menurut Jawatan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), secara umum gejalanya adalah sebagai berikut.
- Sensasi panas atau hangat secara tiba-tiba di sekitar wajah, leher, dan dada.
- Keringat malam, sensasi panas atau hangat yang dapat menyebabkan keringat dan jantung berdegup kencang yang menyebabkan ketidaknyamanan secara fisik dan terjadi selama beberapa menit.
- Berubahnya rutinitas dan pola menstruasi yang berpuncak pada berhentinya menstruasi secara total.
- Vagina yang mengering yang dapat menyebabkan sakit pada saat melakukan kegiatan seksual dan berkelanjutan.
- Kesulitan tidur atau terjadi insomnia.
- Perubahan mood yang signifikan, depresi, atau gejala kecemasan.
WHO memperingatkan beberapa hal wajib yang diwaspadai setelah terindikasi mengalami menopause yaitu meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular yang sebelumnya dapat dicegah oleh hormon estrogen yang ikut menurun secara signifikan setelah menopause. Selain itu, setelah menopause struktur pendukung panggul melemah dan meningkatkan resiko prolaps organ panggul, osteoporosis, dan patah tulang yang disebabkan hilangnya kepadatan tulang.
Untuk meringankan gejala menopause ada beberapa cara hormonal dan non-hormonal, namun tetap harus didiskusikan kepada ahli medis untuk indikasi yang lebih tepat berdasarkan pertimbangan riwayat kesehatan dan preferensi.
Hal yang juga patut diwaspadai saat perimenopause atau masa transisi menopause sebelum memasuki menopause. Penggunaan kondom atau alat kontrasepsi lain diperlukan untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Pemakaian alat kontrasepsi juga menurunkan risiko penyakit menular seksual karena saat perimenopause terjadi penipisan dinding vagina yang meningkatkan risiko penularan HIV saat berhubungan seks.
Penulis: Redaksi Mediakom
Berita Kesehatan Terkini Hari ini
Berita Kesehatan
bpjs kesehatan
kesehatan
poster kesehatan
cek bpjs kesehatan
call center bpjs kesehatan
edabu bpjs kesehatan
protokol kesehatan
dinas kesehatan
iuran bpjs kesehatan
kesehatan mental
cek bpjs kesehatan dengan nik
kondisi kesehatan mental
cara cek bpjs kesehatan
tes kesehatan mental
cara daftar bpjs kesehatan
menteri kesehatan
kantor bpjs kesehatan terdekat
daftar bpjs kesehatan online
asuransi kesehatan
alat kesehatan
kartu bpjs kesehatan
toko alat kesehatan terdekat
kementerian kesehatan
daftar bpjs kesehatan
cara cek bpjs kesehatan di hp
contoh poster kesehatan
bpjs kesehatan login
logo kesehatan
cek tagihan bpjs kesehatan
kesehatan masyarakat
kantor bpjs kesehatan
toko alat kesehatan
pusat kesehatan masyarakat
cek iuran bpjs kesehatan
makanan yang lezat namun dapat membahayakan kesehatan hukumnya adalah
login bpjs kesehatan
poster tentang kesehatan
gambar poster kesehatan
cara membuat bpjs kesehatan
bpjs kesehatan online
hari kesehatan nasional
cek bpjs kesehatan online
antrian online bpjs kesehatan
pcare bpjs kesehatan
kalung kesehatan
lpse kesehatan
hari kesehatan mental sedunia
pantun kesehatan
cara cek bpjs kesehatan aktif atau tidak
artikel tentang kesehatan