Luhut melobi China agar bunga pinjaman lebih murah | Dr. Borat

Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan melobi China untuk overrun loan atau kelebihan biaya Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Luhut mengatakan dia akan melobi China untuk kenaikan suku bunga atau suku bunga Pinjaman turun menjadi dua persen.

“Aku akan pergi ke Beijing nanti, aku ada pertemuan Tinggi Tingkat 8 April.kami baru saja selesai minat-miliknya. Mereka ingin empat persen, tapi kami ingin dua persen. Negosiasi sekarang sedang berlangsung, kata Luhut di stasiun kereta ringan Dukuh Atas di Jakarta. Media IndonesiaSabtu, 1 April 2023.

Inflasi biaya proyek KCJB

Total kenaikan biaya proyek KCJB diketahui mencapai USD 1,2 miliar atau setara dengan Rp 18 triliun (Rp 14.984 dengan kurs). Indonesia harus menanggung utang sebesar US$550 juta atau sekitar 8,2 triliun rupiah. Utang ini berasal dari National Development Bank (CDB).

Luhut menegaskan pemerintah Indonesia tidak akan mudah menerima bunga pinjaman yang diberikan China untuk perluasan proyek KCJB.Dia menginginkan solusi yang saling menguntungkan, atau saling menguntungkan Indonesia dan Tiongkok.

“Kami sudah memiliki banyak pilihan. Kami juga tidak pernah mematuhi siapa pun. Kami hanya mematuhi masalah regulasi,” kata Luhut.

“Saya pikir kita semua ingin menemukan saling menguntungkan Itu dia.di sebuah pertemuan Tinggi Saya akan membawa masalah ini ke Beijing,” pungkasnya.

Dibangun bersama oleh badan usaha milik negara

Proyek KCJB dibangun oleh konsorsium BUMN yang dipimpin PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), PT Kereta Api Indonesia (KAI) bersama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT Perkebunan Nusantara VIII .

PSBI telah membentuk perusahaan patungan bernama PT Kereta Api Indonesia China (KCIC) dengan Beijing Yawan, konsorsium perusahaan China. Saham PSBI di KCIC sebesar 60 persen, sedangkan perusahaan China Beijing Yawan memiliki 40 persen.

Struktur pembiayaan KCJB adalah 75% dari pinjaman dari China Development Bank (CBD) dan 25% dari ekuitas konsorsium. Dari 75% pinjaman CDB, BUMN Indonesia harus membayar 60%, dan Beijing Yawan harus membayar 40%.

Jangan lupa untuk mengikuti memperbarui dan berita lainnya mengikuti Akun Google News Medcom.id

(AHL)